Friday, December 31, 2010

Renungan tahun baru 2011

Tahun 2010 beberapa jam lagi akan berlalu meninggalkan kita. Tahun 2010 merupakan tahun-tahun dimana tindak asusila Ariel-Luna Maya-Cut Tari menyeruak di permukaan. Tahun 2010 pula kasus mafia pajak yang melibatkan Gayus Tambunan dll yang menunjukkan bobroknya system perpajakan di negeri ini mengemuka. Belum lagi pemberitaan tentang bencana alam seperti banjir Wasior Papua, tsunami Mentawai dan gunung Merapi meletus yang mempengaruhi Yogyakarta dan sekitarnya serta penyiksaan yang menimpa para tenaga kerja wanita di luar negeri mengisi halaman-halaman surat kabar dan media massa televisi dan radio di seantero negeri. Di penghujung tahun ditutup dengan meningkatnya rasa nasionalisme bangsa Indonesia dengan adanya pertandingan sepakbola piala AFF yang menghantarkan tim nasional Indonesia dengan gelar runner-up. Hanya sedikit sekali pemberitaan tentang masalah lingkungan menyita perhatian public, seperti misalnya gerakan menanam pohon nasional dan konferensi perubahan iklim di Cancun Meksiko.
Kita berharap di tahun 2011 ini segalanya menjadi lebih baik. Tidak ada lagi praktek-praktek asusila dan penyelewengan hukum yang terjadi. Korupsi diberantas tuntas dengan memberikan hukuman yang berat (kalau perlu hukuman mati seperti halnya Bandar narkoba), tidak ada lagi bencana di tanah air sehingga perhatian public untuk dicurahkan pada pembangunan bisa focus, serta nasib semua pekerja termasuk tenaga kerja Indonesia di luar negeri makin membaik.
Terkait dengan berbagai masalah lingkungan, diharapkan terjadi perbaikan dalam pola dan sikap hidup yang makin ramah lingkungan agar lingkungan makin ramah pula terhadap umat manusia. Bencana-bencana alam seperti banjir, tanah longsor, badai salju, angin kencang dan puting beliung/ tornado/siklon yang makin menggila saat ini menjadi makin berkurang. Ini tidak lepas dari upaya kita untuk makin memperhatikan lingkungan sampai sekecil-kecilnya. Aktivitas menghasilkan CO2 dan metana serta gas-gas buang diperkecil, eksploitasi sumber daya alam yang efisien dan efektif, serta pelestarian hutan dan lahan gambut yang makin baik seharusnya menjadi focus. Gerakan penanaman pohon menjadi gerakan nasional yang benar-benar direalisasikan, kalau perlu setiap orang diwajibkan menanam minimal 1 pohon di halaman rumahnya atau di tempat-tempat yang telah disediakan. Pembalak liar ditindak tegas dan tidak hanya sekedar himbauan agar menghentikan kegiatannya saja dan sebagainya.
Bila saja setiap insan manusia peduli maka bisa diharapkan segalanya akan menjadi lebih baik. Semoga!

Thursday, December 30, 2010

Mencari solusi perubahan iklim

Rabu, 29 Desember 2010 | 03:51 WIB

RENÉ L PATTIRADJAWANE

Perubahan iklim global dan bencana alam yang terjadi di kawasan Asia Tenggara dan Australia mengkhawatirkan semua pihak dan menyedot dana dalam jumlah relatif besar anggaran setiap negara yang mengalaminya. Letusan Gunung Merapi di Jawa Tengah, hujan salju di Australia, gempa di Selandia Baru, sekali lagi menunjukkan betapa tidak ramahnya alam terhadap kehidupan manusia modern.Para penguasa dunia masih tidak sadar krusialnya ancaman perubahan iklim dan bencana yang setiap saat muncul di mana-mana. Pertemuan para negosiator perubahan iklim yang berlangsung awal Desember ini di Cancun, Meksiko, merupakan pertemuan UN Climate Change Conference sangat rendah dibandingkan dengan pertemuan tingkat tinggi terakhir yang berlangsung di Kopenhagen, Denmark.

Banyak faktor memengaruhi perubahan iklim dan bencana alam menyebabkan berbagai negara dan pemerintahan menguras dana dalam jumlah masif, seperti sekarang terjadi akibat badai salju di Eropa dan Amerika Utara. Ribuan jadwal penerbangan terhenti, jalur transportasi tidak mampu digunakan untuk mendorong logistik bagi ekonomi dan perdagangan, tersumbatnya sumber energi, dan berbagai persoalan lain.

Dari Kopenhagen muncul persoalan negara berkembang tidak ingin menghentikan atau memperlambat pertumbuhan ekonominya sampai dunia mampu menghasilkan hitungan ekonomi kompetitif terhadap alternatif pembangkit listrik berbasis batu bara. Pertemuan Cancun yang lalu pun tidak mampu menghasilkan kesatuan agenda perubahan iklim yang bisa disepakati oleh negara berkembang dan negara kaya.

Salah satu faktor penting dalam kebijaksanaan perubahan iklim adalah China sebagai pengguna energi terbesar di dunia, dan juga pasar otomotif paling besar di dunia. Posisi China ini menyebabkan negara dengan penduduk terbesar dan cadangan devisa mencapai lebih dari 2 triliun dollar AS itu untuk meningkatkan kebutuhan hidrokarbonnya dan akan lebih mendorong China untuk melakukan pengurangan emisi melalui ekonomi baru seperti yang dicapai dalam Protokol Kyoto 1997.

Organisasi ASEAN yang akan dipimpin Indonesia tahun 2011 sudah waktunya memberi perhatian khusus isu perubahan iklim dan bencana, terutama pertemuan ASEAN+3 (China, Jepang, dan Korea Selatan). Banyak negara kawasan Asia dan Australia menghadapi ancaman meningkatnya suhu karena fitur geografis setiap negara, termasuk ancaman meningkatnya air laut membawa air garam ke daratan.

Dampak peningkatan air laut akan mengganggu dan mengurangi berbagai potensi industri di setiap negara karena perubahan kadar keasinan pada air. Atau meningkatnya intensitas badai tropis, menyebabkan munculnya berbagai penyakit seperti gangguan pernapasan ataupun penyakit tropis lainnya seperti demam atau malaria karena suhu panas menyebabkan meningkatnya populasi serangga penyebab penyakit.

Pertemuan tingkat tinggi ASEAN+3 menjadi forum ideal untuk mencari solusi dan kesepakatan membahas persoalan perubahan iklim dan pengurangan emisi karbon dalam rangka kepentingan dan kemajuan bersama. Dan ini menjadi persoalan bersama yang akan menentukan masa depan bersama.

Source:Planetark

Sunday, December 19, 2010

Peramalan musim sampai dengan Maret 2011

Diprakirakan bahwa La Nina di samudra Pasifik tropis akan berlanjut sampai musim semi di belahan bumi utara tahun 2011 dan mencapai puncaknya pada bulan November sampai Januari ini. Ini membawa dampak pada peningkatan perawanan konvektif di atas wilayah Indonesia sehingga wilayah ini akan mengalami banyak hujan konvektif yang disertai petir kalau pemanasan permukaan bumi oleh radiasi matahari juga cukup kuat.
Namun jika melihat bahwa diprakirakan Indian Ocean Dipole Mode yang negatif sampai akhir tahun 2010 ini dengan pola anomali hujan yang sangat jelas, maka ini menambah curah hujan di Indonesia khususnya di wilayah Indonesia bagian barat seperti Jawa dan Sumatera. Kombinasi yang kuat antara La Nina dan IOD negatif ini membawa dampak pada turunnya curah hujan yang cukup besar di sebagian wilayah Indonesia. Apalagi mengingat monsoon barat laut yang melanda sebagian wilayah Indonesia bagian barat. Pola IOD negatif yang diprakirakan meluruh pada tahun depan, akan cukup banyak mempengaruhi curah hujan di Jawa dan Sumatera serta Kalimantan bagian barat. Di wilayah-wilayah tersebut curah hujan akan berkurang, namun mengingat pengaruh monsoon yang juga kuat yang membawa hujan di wilayah Indonesia maka dampak pengurangan hujan akibat IOD tersebut tidak akan banyak terasakan. Di wilayah Indonesia timur yang banyak dipengaruhi oleh La Nina daripada oleh IOD menyebabkan terjadinya peningkatan curah hujan di wilayah tersebut. Bukan tidak mungkin di sebagian wilayah Indonesia akan terjadi banjir, puting beliung, angin kencang, dan petir. Masyarakat harus lebih waspada untuk itu dan lebih memperhatikan masalah lingkungan agar musibah dan dampak yang terjadi dapat diminimalisir.

Catatan: prakiraan ini didasarkan atas analisa dari prakiraan La Nina dan IOD yang dikeluarkan oleh NOAA dan JAMSTEC.

Wednesday, December 15, 2010

Radiasi matahari

Radiasi matahari yang diterima oleh permukaan bumi disebut insolasi (incoming solar radiation). Kira-kira 99,9% semua energi yang ada di atmosfer bumi berasal dari radiasi matahari. Hanya sangat sedikit energi atmosfer disuplai oleh bumi sendiri baik oleh aktivitas vulkanik atau peluruhan material radioaktif dan pembakaran material organik yang secara klimatologi hanya bersifat lokal. Semua pergerakan dan perubahan di dalam atmosfer disebabkan oleh variasi jumlah insolasi yang diterima. Variasi ini kemudian merupakan penyebab utama perbedaan iklim (baca postingan sebelumnya).

Durasi insolasi tentu saja adalah panjang hari. Ini dikontrol oleh rotasi bumi pada sumbunya tetapi karena sumbu tersebut membuat sudut 67,5o dengan bidang orbit bumi mengelilingi matahari maka tempat-tempat di belahan bumi musim panas menikmati hari lebih panjang daripada yang mengalami musim dingin. Waktu eksposur tahunan total terhadap matahari adalah sama di semua tempat di bumi ini tetapi perbedaan di antara hari-hari musim panas dan dingin meningkat dengan lintang. Waktu ekstrimnya dicapai dekat kutub dimana terdapat siang hari sepanjang 6 bulan kontinyu dilanjutkan dengan malam hari selama 6 bulan kontinyu. Hanya saat ekuinoks pada tanggal 23 Maret dan 22 September, panjang siang dan malam di mana-mana sama.

Di ekuator, semua hari dalam satu tahun mempunyai panjang 12 jam 7 menit. Secara astronomis, durasi 12 jam tersebut sudah pasti sedangkan 3,5 menit tercapai saat separuh bagian atas matahari tidak nampak di bawah horizon saat matahari terbenam dan 3,5 menit saat matahari terbit sebelum pusat cakram matahari berada di horizon.

Di lintang rendah perbedaan hari terpendek dan terpanjang meningkat kira-kira 7 menit per derajat lintang; kira-kira 71 menit di lintang 10 derajat dan 146 menit di lintang 20 derajat (List, 1958). Di lintang rendah variasi musiman panjang hari sangat kecil. Di lintang tengah temperatur tinggi berhubungan dengan hari-hari musim panas yang panjang, sedangkan di tropis hari-hari selalu pendek dan matahari jarang terbenam lebih dari jam 7 pm waktu lokal.

Intensitas insolasi
Orbit bumi mengelilingi matahari adalah eliptik (tidak lingkaran) sehingga ada saat bumi berjarak sangat dekat dengan matahari dan ada saat dimana bumi berada pada jarak terjauhnya. Pada sekitar 3 Januari matahari berada pada jarak minimum (perihelion) yakni 147 juta km dan pada 4 Juli pada jarak maksimumnya (aphelion) yakni 152 juta km. Sebagai akibatnya radiasi matahari di puncak atmosfer pada bulan Januari kira-kira 7% lebih intensif daripada pada Juli, dan perbedaan ini sama untuk semua lintang. Secara teoritis, hal ini menyebabkan musim panas di belahan bumi selatan lebih panas dan musim dinginnya lebih dingin daripada di belahan bumi utara. Namun demikian efek ini diimbangi oleh efek kontinentalitas yang lebih kuat di belahan bumi utara. Secara klimatologi, perbedaan intensitas insolasi ini jauh lebih besar dipengaruhi oleh variasi elevasi matahari, yakni posisi matahari di langit di atas horizon. Ini biasanya ditunjukkan oleh waktu lokal siang hari dimana matahari mencapai elevasi maksimum hariannya.

Ada tiga alasan mengapa posisi tinggi dari matahari menyebabkan insolasi lebih intensif daripada pada elevasi rendah. Pertama adalah bahwa sinar yang datang pada matahari tinggi disebar pada permukaan yang lebih kecil dibanding pada matahari rendah. Intensitas insolasi bervariasi sebanding dengan sinus sudut datang radiasi. Alasan kedua adalah bahwa posisi tinggi matahari berarti lebih pendeknya melewati atmosfer sehingga radiasi matahari lebih sedikit dipencarkan (proses scattering)yang disebabkan oleh partikel debu atmosferik. Efek ini dengan jelas ditunjukkan oleh efek yang kurang merusak pada mata manusia telanjang pada saat matahari rendah daripada saat matahari pada posisi tinggi. Alasan ketiga adalah berhubungan dengan albedo yakni perbandingan antara radiasi matahari yang dipantulkan dengan radiasi yang datang. Albedo dipengaruhi oleh sifat permukaan khususnya warna dan dia menurun dengan elevasi matahari yang lebih tinggi. Efek ini sangat terlihat di atas air sehingga secara klimatologi sangat penting di daerah tropis dimana tiga per empat permukaan bumi didominasi oleh laut dan lautan.

Sunday, December 12, 2010

Oleh-oleh dari Cancun, Mexico

Seperti sudah diduga sebelumnya, pertemuan di Cancun Meksiko untuk membahas hal yang terkait dengan pemanasan global dan perubahan iklim kali ini tidak banyak beranjak dari pertemuan di Copenhagen Denmark. Ada kesepakatan, tetapi tidak mengikat secara hukum artinya boleh dilaksanakan boleh juga tidak; yang menyerukan negara-negara kaya untuk mengurangi emisi gas rumah kacanya seperti yang telah ditetapkan di Copenhagen Accord dan untuk negara-negara sedang berkembang merencanakan untuk mengurangi emisinya untuk membatasi pemanasan global sampai kurang dari dua derajat celcius di atas level pra industri. Termasuk juga persetujuan untuk mengajukan $100 milyard setahun dana untuk membantu negara-negara miskin dalam mengurangi emisi GRK dan beradaptasi.

Dari pembicaraan di forum pertemuan, yang berkembang saat ini sudah bukan masalah saintifik lagi namun sudah menyangkut masalah hukum. Debat bukan lagi masalah ilmiah tentang pemanasan global dan perubahan iklimnya namun sudah menjurus bagaimana setiap negara mempertahankan diri jikalau negara tersebut diserang dari segi hukum. Oleh karena itulah wajar seandainya banyak negara khususnya negara-negara yang maju industrinya dan banyak mengeluarkan emisi gas rumah kaca berusaha agar kesepakatan yang terjadi tidak mengikat secara hukum. Karena jikalau kesepakatan tersebut mengikat secara hukum, bukan tidak mungkin suatu negara yang telah menyepakatinya akan dapat dituntut di pengadilan internasional. Ini yang nampaknya dikhawatirkan oleh negara-negara maju tersebut. Kesadaran bahwa bumi kita satu dan kesadaran lingkungan memang sudah menjadi gerakan global, namun tidak sangat cukup kuat untuk dilaksanakan dengan kegiatan nyata karena berimbas pada banyak aspek suatu negara. Namun walaupun tidak terjadi kesepakatan yang mengikat secara hukum, saya yakin suatu negara dengan kesadaran diri dan masayarakatnya berusaha untuk mengurangi dampak aktivitas kehidupannya dengan pola ramah lingkungan, walaupun belum secepat yang kita harapkan bersama.

Bagaimana tanggapan surat kabar asing mengenai kesepakatan di Cancun ini dapat dibaca pada surat kabar berikut ini.

"The New York Times described the agreement as being both a "major step forward" given that international negotiations had stumbled in recent years, and as being "fairly modest" as it did not require the changes that scientists say are needed to avoid dangerous climate change".

Friday, December 10, 2010

Peramalan La Nina: Terjadi peningkatan perawanan di atas Indonesia

During November 2010, the ongoing La Niña was reflected by below-average sea surface temperatures (SSTs) across the equatorial Pacific Ocean. For the second straight month, only small changes were evident in the Niño SST indices, which ranged from –1.3°C to –1.7°C at the end of the month. The subsurface oceanic heat content (average temperatures in the upper 300m of the ocean) also remained well below-average in association with a shallower-than-average thermocline across the central and eastern equatorial Pacific. Convection remained enhanced over Indonesia and suppressed over the western and central equatorial Pacific. Enhanced low-level easterly trade winds and anomalous upper-level westerly winds continued over the equatorial Pacific. Collectively, these oceanic and atmospheric anomalies reflect a moderate-to-strong La Niña.

Consistent with nearly all ENSO forecast models, La Niña is expected to peak during November-January and to continue into the Northern Hemisphere spring 2011. Thereafter, the fate of La Niña is more uncertain. The majority of forecast models and all of the multi-model combinations (thicker lines) indicate a return to ENSO-neutral conditions during the Northern Hemisphere spring and early summer. However, a smaller number of models, including the NCEP Climate Forecast System, suggest that La Niña could persist into the summer. Historically, there are more multi-year La Niña episodes than El Niño episodes, but other than support from a few model runs, there is no consensus for a multi-year La Niña at this time. Consequently, La Niña is anticipated to continue into the Northern Hemisphere spring, with no particular outcome favored thereafter.

Likely La Niña impacts during December 2010-February 2011 include suppressed convection over the central tropical Pacific Ocean, and enhanced convection over Indonesia. Impacts in the United States include an enhanced chance of above-average precipitation in the Pacific Northwest, Northern Rockies (along with a concomitant increase in snowfall), Great Lakes, and Ohio Valley. Below-average precipitation is most likely across the southern states, extending into the Mid-Atlantic region. An increased chance of below-average temperatures is predicted for the northernmost western and central states, and a higher possibility of above-average temperatures is forecast for much of the southern and central U.S.

Source: Climate Prediction Center, National Centers for Environmental Prediction, NOAA/National Weather Service

Monday, December 6, 2010

Setiap pertemuan selalu terjadi hal yang bertolak belakang dengan tujuan ... (Cancun, Mexico)

Kekhawatiran-kekhawatiran selalu terjadi, karena pencapaian hasil pertemuan seperti di Cancun, Mexico ini diprediksi tidak seperti yang kita inginkan. Komitmen baru diperkirakan akan mengawang-awang. Akankah komitmen baru tercapai sehingga membawa suasana segar bagi kemaslahatan umat manusia? Akankah komitmen baru tersebut akan mengikat secara hukum sehingga betul-betul ada sanksi bila melanggarnya? Kita nantikan sampai dengan tanggal 10 Desember ini.