Friday, April 15, 2011

Ulat bulu dan cuaca-iklim

Selama dua bulan terakhir ini, media massa di negeri kita banyak memberitakan tentang ulat, baik ulat bulu maupun yang tidak berbulu. Penyebarannya yang mula-mula terdapat di Probolinggo Jawa Timur dan sekitarnya, yang sebelumnya hanya menyerang 6 kecamatan ... akhir-akhir ini sudah merambah ke berbagai wilayah di pulau Jawa, Bali, Sumatera dan Sulawesi. Walaupun belum dalam taraf membahayakan, ulat bulupun sudah merambah Jakarta.
Ulat merupakan salah satu organisme pengganggu tanaman. Kemunculannya yang agak "tiba-tiba" ini kemungkinan disebabkan oleh beberapa hal, yakni: faktor cuaca/iklim, faktor makanan, faktor predator, dan faktor lingkungan lainnya. Faktor cuaca yang mempengaruhinya adalah faktor suhu, kelembapan, angin dan cahaya matahari. Selama kurun waktu tahun 2010, Indonesia mengalami kemarau yang basah sehingga kelembapan cukup tinggi; dan ini masih berlanjut sampai tahun 2011 ini. Kombinasi dengan faktor-faktor cuaca yang lain di atas menyebabkan hama tanaman ini meningkat pesat populasinya.Apalagi ketersediaan makanannya yakni berupa daun-daunan dalam jumlah cukup dan subur karena ketersediaan air juga cukup membawa dampak yang menguntungkan bagi pertumbuhan dan perkembangan ulat. Predator ulat seperti misalnya burung dan kelelawar tampaknya tidak membawa dampak yang signifikan bagi pengurangan populasi ulat. Diduga bahwa jumlah kedua makhluk hidup ini berkurang karena berbagai sebab; mungkin karena banyak diburu manusia. Faktor habitat yang cocok membawa dampak yang positif bagi perkembangan ulat bulu.

Dengan demikian jelaslah bahwa kemunculan ulat bulu dalam jumlah banyak tersebut tidak terjadi secara tiba-tiba, tetapi merupakan rangkaian sebab akibat yang rasional. Semua makhluk hidup jika semua faktor yang berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan tersedia dalam jumlah cukup melimpah, tentu akan mengalami ledakan populasi ... tidak terkecuali ulat bulu.

Saturday, April 9, 2011

Penentuan iklim lokal

Pengamatan parameter iklim pada suatu tempat yang kita butuhkan pada tingkat lokal seringkali tidak tersedia. Pengamatan dengan menggunakan satelit biasanya mencakup area yang lebih besar, biasanya tidak cukup detail seperti yang diperlukan. Terdapat dua cara ahli klimatologi memperoleh informasi. Yang pertama adalah dengan program pengukuran dan yang kedua adalah melalui catatan/rekaman data yang telah ada untuk diterapkan pada tempat permasalahan.
Inisiasi program pengukuran bergantung pada hakekat permasalahan, waktu dan sumber dana yang ada. Ini cukup untuk menyatakan bahwa hasil–hasil meteomikro sangat detail dapat diperoleh tetapi membutuhkan keahlian dan dana. Metode yang lebih sederhana tentu saja bisa diperoleh dengan pengurangan pada tingkat keahlian dan dana. Dalam banyak hal pengukuran semacam ini harus dilakukan. PLN di AS harus mendirikan pengamatan–pengamatan meteorologi untuk memonitor efek–efek emisi. Tidak mungkin dalam situasi semacam ini menggunakan stasiun–stasiun pengamatan yang cukup jauh dari lokasi. Dalam banyak hal lain barangkali kita tidak perlu pengukuran awal. Pada model tanaman, misalnya, kita membutuhkan rekaman data yang panjang untuk menyatakan korelasi antara panen dan parameter iklim. Tidak praktis jika kita harus menunggu beberapa tahun untuk mengetahui hasilnya. Data dari stasiun yang berdekatan, dapat digunakan untuk tujuan tersebut.
Dalam mentransfer data dari satu tempat ke tempat yang lain, semua aspek iklim lokal dari kedua tempat harus diperhatikan. Kita dapat menggambarkan beberapa ide dalam transfer semacam ini menggunakan temperatur sebagai contoh. Kita asumsikan titik yang kita inginkan mempunyai beberapa stasiun pengamat berjarak beberapa kilometer tetapi tidak ada pengamatan di tempat tersebut. Kita bisa menggunakan nilai rata–rata pembobotan bila perlu dari titik–titik sekitarnya. Skema pembobotan umumnya menggunakan nilai–nilai dari titik–titik terdekat dan sedikit memperhatikan titik–titik yang jauh. Tipe pendekatan semacam ini telah biasa digunakan dalam mengembangkan titik grid data temperatur yang diperlukan untuk input model iklim.
Jika mengadopsi pendekatan paling sederhana ini dalam suatu area yang topografinya bervariasi, beberapa koreksi diperlukan. Jika kondisi rata–rata jangka panjang diterapkan maka cara termudah adalah dengan mengasumsikan bahwa lapse rate rata–rata lingkungan berlaku. Namun bila kondisi rata–rata pada waktu tertentu diperlukan maka kita harus memperhatikan kondisi stabilitas atmosfer.