Wednesday, December 19, 2012

Iklim dan industri

Iklim memainkan peranan penting dalam banyak aspek perdagangan dan industri seperti halnya di bidang kesehatan, pakaian, perumahan dan hidrologi. Tetapi saat pengaruh iklim pada bidang-bidang yang disebut terakhir dengan mudah bisa diidentifikasi, pengaruh iklim pada rekayasa dan industri ini sering tidak diketahui dengan baik. Manajemen mungkin memperhatikan masalah-masalah buruh, bahan mentah, transportasi atau penjualan namun sering gagal dalam mengenali peran iklim pada banyak tahapan produksi, distribusi dan program penjualan.
Dalam mengembangkan lembar  neraca "biaya iklim" dalam produksi industri, manajemen harus memasukkan efek iklim pada hal-hal seperti:
1. kebutuhan pemanasan dan pendinginan
2. penyimpanan dan transportasi bahan mentah dan produk akhir
3. suplai air
4. aktivitas yang menghasilkan polusi udara dan air
5. pelapukan oleh cuaca
6. kesehatan, efisiensi dan moral pekerja
7. semua aktivitas di luar pabrik
Ketika hal ini memungkinkan kompetensi teknologi kita untuk mendesain, membangun dan mengoperasikan pabrik pada kondisi iklim yang keras, secara ekonomis menjadi tidak layak. Jadi iklim merupakan faktor penting yang harus diperhatikan dalam pemilihan lokasi pabrik dan juga tahap-tahap proses pabrikasi.
Lima variabel meteorologi yang tidak dapat dipisahkan dengan pengoperasian pabrik adalah:
1. temperatur ekstrim (khususnya temperatur rendah, termasuk efek pembekuan)
2. salju, sleet dan es
3. angin kencang
4. hujan deras
5. faktor-faktor lain: kelembapan tinggi, visibilitas rendah, dan elemen-elemen cuaca yang lain.
Urutan di atas menunjukkan bahwa makin ke bawah pengaruhnya makin berkurang.
Pengalaman dari manajemen dan pekerja dalam menangani masalah ini menentukan batas-batas kemampuan sistem terhadap pengaruh faktor-faktor meteorologi ini. Biasanya faktor-faktor meteorologi ini bersamaan datangnya sehingga menimbulkan dampak ganda. Sebagai contoh untuk negara-negara di lintang menengah dan tinggi, temperatur rendah bersamaan dengan datangnya salju, es dan angin kencang pada kondisi badai musim dingin. Visibilitas yang jelek sering dapat menyertai hujan lebat dan salju. Sedangkan di negara kita, umumnya hujan dan hujan lebat berperan langsung dan tidak langsung pada pengoperasian pabrik. Hujan badai dapat menyebabkan banjir di tempat-tempat rendah (cekungan) dan rata dimana saluran drainase tidak berfungsi. Jadi hujan dengan berbagai intensitas di atas drizzle ringan biasanya akan mendorong modifikasi program kerja di luar jadwal. Efek tak langsung lain dari hujan adalah mempengaruhi suplai air yang dibutuhkan untuk pengoperasian pabrik.

Saturday, November 3, 2012

Keaktifan monsoon: dampaknya pada awan konvektif

Sistem iklim di Indonesia sangat dipengaruhi oleh adanya sirkulasi monsoon Asia-Australia. Monsoon Asia yang datang dari barat Indonesia pada sekitar bulan DJF membawa uap air yang banyak yang menyebabkan tingginya aktivitas konveksi di atas wilayah Indonesia sehingga memicu timbulnya musim hujan. Sedangkan monsoon Australia yang terjadi sekitar JJA membawa udara kering sehingga memicu timbulnya musim kemarau di Indonesia. Di dalam monsoon sendiri terdapat beberapa fase yang biasanya dicirikan dengan berubahnya intensitas curah hujan. Fase dengan intensitas curah hujan tinggi  disebut dengan monsoon aktif sedangkan sebaliknya dicirikan dengan kekeringan kecil dimana intensitas hujan rendah disebut monsoon break. Di monsoon India, monsoon break telah dikenal sejak lama sebagai suatu periode dimana intensitas curah hujan di wilayah monsoon India mengalami gangguan. Break didefinisikan sebagai periode lemah dimana variasi intramusiman dari monsoon terjadi setiap tahunnya.
Sampai saat ini masih sulit untuk menentukan kapan terjadinya periode monsoon aktif dan break. Padahal penentuan periode ini penting untuk diketahui karena akan berdampak pada cuaca di Indonesia. Misalnya saat monsoon break yang panjang dan mencakup wilayah yang luas. Hal ini akan berakibat pada pengurangan curah hujan yang signifikan di wilayah tertentu sehingga berdampak pada aktivitas ekonomi masyarakat.
Dari penelitian Octarina (2011) diketahui bahwa:
- pada monsoon aktif, aktifitas awan konveksi selalu lebih besar dari aktivitas awan konveksi pada monsoon break
- karakteristik awan konvektif pada monsoon aktif lebih kuat dan merata karena awan konvektifnya dipengaruhi oleh gangguan yang skalanya besar yakni monsoon, sedangkan pada saat monsoon break karakteristik awannya lebih lemah dan terisolasi karena pengaruh lokal.
- wilayah laut dan pulau Jawa merupakan wilayah yang sangat dipengaruhi oleh perubahan dari monsoon aktif ke break sedangkan perbedaan  awan konvektif antara monsoon aktif dan break tidak selalu terlihat di Kalimantan.
- Pada monsoon break, awan dengan aktivitas konveksi yang dalam masih mungkin terbentuk bahkan kekuatannya bisa lebih besar daripada saat monsoon aktif namun kemunculannya lebih jarang
- perbedaan variasi diurnal antara laut dan pulau Jawa terlihat dari kekuatan sinyal diurnalnya
- Di Kalimantan di saat monsoon aktif, aktivitas awan konvektifnya mencapai puncaknya pada malam hari sedangkan pada saat monsoon break terjadi di siang hari
- Karakteristik awan konvektif di laut selatan Jawa sangat dipengaruhi oleh aktivitas awan konvektif di pulau Jawa
- Aktivitas konveksi saat monsoon antara Kalimantan dan Pulau Jawa, dengan laut Jawa memiliki pola temporal yang berkebalikan. Saat aktif, aktivitas konveksi lebih terpusat di laut Jawa.
- Wilayah daratan merupakan wilayah yang akan lebih dulu merasakan monsoon break daripada wilayah lautan

Thursday, September 6, 2012

Hujan buatan sebaiknya tidak dilakukan sekarang

-->
Saat ini masih memasuki musim kemarau. Seperti yang telah disampaikan oleh BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika), sebagian besar wilayah Indonesia baru akan memasuki musim hujan mulai Oktober mendatang. Sudah sejak beberapa waktu ini penduduk sebagian wilayah Indonesia mengalami kesulitan air untuk mencukupi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Banyak sumur, sungai dan waduk kering sehingga berdampak banyak pada pola hidup di sebagian wilayah. Bahkan bila waduk tidak mendapatkan pasokan air dari hujan, pada beberapa waktu ke depan, akan berakibat pada kritisnya pasokan listrik dan irigasi pertanian di banyak wilayah. Ini tentu merupakan ancaman bagi hajat hidup orang banyak, baik di perkotaan maupun di pedesaan.
Namun demikian kita masih diuntungkan karena dipole mode menunjukkan kondisi normal dan El Nino dalam kondisi lemah. Seperti kita ketahui jika Dipole Mode positif maka wilayah Indonesia bagian barat akan mengalami pengurangan curah hujan, sedangkan jika El Nino kuat maka sebagian besar wilayah Indonesia (khususnya) bagian timur akan mengalami kekeringan. Dari gambar di bawah terlihat bahwa anomaly suhu muka laut pada saat ini menunjukkan anomaly negative khususnya di selatan wilayah Indonesia yang menunjukkan bahwa perawanan masih akan tertekan karena timbul subsidensi di wilayah ini. Sedangkan 
sebelah utara Indonesia, perairan lebih panas dibanding di sebelah selatan sehingga berpotensi untuk timbulnya perawanan yang menghasilkan hujan.
Curah hujan di Indonesia
Curah hujan di Indonesia umumnya berasal dari awan-awan jenis orografis dan konvektif; tidak akan dijumpai awan-awan yang berasal dari front karena front tidak pernah terbentuk di wilayah kita. Front merupakan pertemuan dua massa udara dengan jenis berbeda yang terjadi di wilayah luar tropis; di lintang tengah.
Curah hujan orografis adalah curah hujan yang terbentuk di wilayah pegunungan dan umumnya jatuh di daerah di atas angin (wind ward) dan menimbulkan efek Fohn pada daerah arah di bawah angin (leeward). Curah hujan jenis ini disebabkan kondensasi dan pembentukan udara lembap yang dipaksa naik oleh gunung atau barisan pegunungan. Di negara kita, pembentukan curah hujan orografis sering diperkuat oleh pengaruh proses konveksi.
Curah hujan konvektif terbentuk dari proses perawanan konvektif. Pada siang hari, saat matahari bersinar maka penguapan terjadi yang berakibat pada pembentukan perawanan konvektif. Awan ini tumbuh vertikal, dan bila arus naik (upfraft) cukup kuat maka awan-awan jenis ini bisa mencapai lapisan stratosfer. Di Indonesia awan jenis ini sering terjadi karena penguapan yang tinggi yang penyebarannya sangat dipengaruhi oleh monsoon. Awan-awan jenis inilah yang sering disemai dalam proses hujan buatan.
Modifikasi cuaca
Modifikasi cuaca adalah upaya manusia agar suatu kondisi cuaca sesuai dengan keinginan manusia. Banyak ragam modifikasi cuaca, seperti penindasan es, melenyapkan kabut, peleraian awan agar tidak terjadi hujan, peleraian siklon,  hujan buatan/ hujan rangsangan. Sebelum modifikasi cuaca modern, orang mengharapkan turun hujan dengan melakukan pembacaan mantra, tari-tarian dan sebagainya. Teknologi modifikasi cuaca modern dimulai tahun 1946 sejak percobaan pembenihan awan dengan menggunakan es kering oleh Vincent Schaefer dan Irving Langmuir; yang pada tahun berikutnya diteruskan oleh Vonnegut yang menemukan perak iodia yang bisa bertindak sebagai inti es.  
Upaya yang sering dilakukan di Indonesia terkait dengan modifikasi cuaca adalah dengan melaksanakan hujan buatan. Usaha ini sudah dilakukan di Indonesia sejak tahun 1979 yang dilaksanakan di Perum otorita Jatiluhur oleh BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi) yang dibantu oleh para tenaga ahli dari perguruan tinggi, termasuk ITB. Selama ini pelaksanaan hujan buatan dilakukan dengan menggunakan pesawat terbang khusus; walaupun biayanya mahal (tahun ini dianggarkan 3 milyar rupiah) tetapi daya jelajahnya/ area yang disemai relatif jauh lebih luas dibandingkan dengan menggunakan menara dispenser tetap. Umumnya hujan buatan dilaksanakan untuk menambah debit waduk yang digunakan baik untuk irigasi maupun untuk pembangkit listrik. Di pulau Jawa, hujan buatan sendiri agar berhasil maka dilaksanakan pada bulan-bulan menjelang musim penghujan seperti sekitar Oktober-November. Di bulan-bulan lain sangat kecil kemungkinannya berhasil karena penambahan zat semai (umumnya garam dapur dan urea) tidak akan terlalu banyak menambah kebasahan awan. Ini karena kelembapan relatifnya tak cukup menjadikan proses tumbukan dan tangkapan berlangsung cepat. Bila kelembapan relatif dalam awan cukup maka penambahan garam dapur akan mempercepat proses pembentukan tetes hujan. Bila percepatan vertikal tetes hujan  lebih kecil dibanding dengan gravitasi maka tetes hujan akan jatuh  menjadi hujan.
Awan-awan jenis konvektif seperti Cumulus merupakan target operasi hujan buatan. Awan-awan inilah yang berpotensi  untuk mendatangkan hujan cukup deras. Awan-awan jenis lain seperti stratus jarang dilakukan penyemaian karena tidak akan mendatangkan hujan yang deras. Secara teoritis, awan-awan jenis stratus disemai agar lerai sehingga tidak menyebabkan panas yang tertahan di bawahnya, khususnya di daerah cekungan seperti Bandung. Tampaknya hal ini di negara kita belum pernah  dilaksanakan karena diperkirakan tidak ekonomis.
Pada kondisi kemarau sekarang ini, di beberapa daerah di Indonesia dijumpai kekeringan/ kekurangan air. Masyarakat harus mencari air ke tempat yang jauh, sungai sudah kering, irigasi tidak lancar lagi, bahkan air waduk atau danau menyusut sehingga menghambat pasokan listrik ke masyarakat. Jika hal ini tidak ditangani secara serius, bukan tidak mungkin akan berdampak sangat serius pada kehidupan masyarakat mengingat air merupakan kebutuhan utama sehari-hari. Mengharapkan curah hujan jatuh dari langit melalui kegiatan hujan buatan tampaknya merupakan hal yang agak sia-sia khususnya di sebagian Sumatera bagian selatan, pulau Jawa sampai Nusa Tenggara timur. Kalaupun dilaksanakan aksi hujan buatan maka tidaklah ekonomis; dalam arti besarnya curah hujan yang ditimbulkannya tidak akan sesuai dengan biaya operasinya; kalau tidak ingin dikatakan bahwa hujan buatan akan gagal sama sekali. Saya pikir hujan buatan untuk menambah pasokan air akan berhasil bila dilaksanakan bulan Oktober ke depan mendatang. Namun tidak ada salahnya jika dilaksanakan untuk wilayah-wilayah di sekitar ekuator khususnya yang masuk di utara ekuator.
Penyadaran masyarakat
Tampaknya  salah satu program paling jitu adalah dengan gerakan menghemat air dan manajemen sumber daya air yang lebih baik. Kita tidak menghambur-hamburkan air bersih untuk melakukan hal-hal yang tidak perlu, melakukan tata kelola perbaikan siklus hidrologi lokal (misal dengan melalui gerakan penanaman pohon dan pengambilan air tanah secukupnya saja) dan melalui pendidikan masyarakat. Perlu pula diketahui oleh masyarakat bahwa pemanasan global yang makin meningkat ini sangat berdampak pada siklus hidrologi global. Curah hujan akan berkurang, hujan deras yang tiba-tiba dalam waktu singkat, dan berbagai hal lain yang merugikan umat manusia. Sudah selayaknya dan sewajarnya kita makin bertanggungjawab terhadap lingkungan; lakukan reduce, reuse, dan recycle mulai dari lingkungan yang kecil, mulai dari hal-hal yang kecil, dan mulai dari sekarang sehingga bumi masih akan tetap nyaman untuk ditempati dalam jangka waktu yang lama.

Saturday, August 4, 2012

Banjir di Ambon - Maluku menyesakkan dada kita semua

Berita banjir yang menimpa Ambon hari Rabu tanggal 1 Agustus 2012 yang lalu menyesakkan hati kita semua. Di saat suasana Ramadhan berlangsung, banyak saudara-saudara kita yang terganggu aktivitasnya sehari-hari akibat banjir. Sudah 11 orang (berita Jum'at 3 Agustus 2012) yang dinyatakan meninggal akibat banjir. Bukan tidak mungkin jumlah ini akan bertambah seiring dengan berjalannya waktu. Ribuan rumah penduduk tenggelam dan ribuan pula yang mengungsi ke tempat lain. Tidak hanya banjir, longsor juga terjadi walaupun dalam jumlah yang tidak terlalu banyak. Kalau kita lihat citra satelit, terlihat bahwa di atas Ambon Maluku tertutup oleh awan rendah sampai tinggi dan dengan ketebalan yang cukup besar sejak akhir Juli 2012. Awan-awan yang menjulang tinggi yang mengandung uap air cukup banyak menggelayut di atas Ambon. Ini juga mungkin pengaruh badai tropis yang kemudian berkembang menjadi siklon tropis isola di Philippina. Seperti kita ketahui wilayah Maluku merupakan wilayah yang banyak dipengaruhi oleh cuaca dan musim di sekitar Philippina. Ia memiliki pola curah hujan yang berbeda dengan yang lain. Pengaruh perairan yang hangat di sekitar Maluku juga memberikan sumbangan atas tingginya curah hujan pada hari Rabu kemarin. Tidak lupa, pengaruh faktor lingkungan yang tidak mampu menyerap air hujan dengan cepat juga memberikan andil pada besarnya banjir yang terjadi.

Saturday, July 28, 2012

Ramalan musim hujan 2012

Sebagaimana biasa ramalan musim hujan selalu ditunggu-tunggu masyarakat. Ini karena pentingnya kegunaan ramalan musim tersebut bagi masyarakat, khususnya petani. Meskipun sampai sekarang ini ramalan yang disampaikan BMKG masih berskala besar, namun telah ada kemajuan dari sekitar 180 zona musim, sekarang telah menjadi 342 zona musim. Ini suatu kemajuan yang cukup berarti, meskipun memang belum betul-betul sangat dirasakan masyarakat petani. Kalau mungkin, ramalan musim sampai pada tingkat desa. Hal ini memerlukan kerja keras semua pihak karena kalau hanya menggantungkan pada BMKG tidak mungkin hal ini terjadi dalam waktu pendek. Peran lembaga penelitian, perguruan tinggi, dan departemen pertanian (sebagai pengguna terbesar), departemen pekerjaan umum, departemen kehutanan serta departemen-departemen lain yang terkait harus ditingkatkan. Dari BMKG diperoleh informasi bahwa daerah-daerah di pantai barat Sumatera diprakirakan akan mengalami hujan di bawah normal. Barangkali ini karena pengaruh dipole mode yang diprakirakan positif. Pulau Jawa bagian utara sebagian mengalami keterlambatan awal musim hujan barangkali karena pengaruh MJO. El Nino yang diprakirakan melemah dan cenderung tahun ini dan tahun depan dalam kondisi normal, berakibat monsoon dan MJO-lah yang banyak berperan dalam menentukan musim ini. Mungkin pula pengaruh lokal semacam angin darat dan angin laut yang menonjol di pantai utara Jawa. Awal musim hujan bergeser dari Pulau Sumatra ke selatan dan dari Jawa Barat ke timur sampai Nusa Tenggara Timur dimana pergeseran tiap zona musim bisa mencapai 1-3 dasarian. Di Kaliimantan dimana awal musim hujan paling awal dimulai dari bagian timur laut Kalimantan bergerak ke selatan dan kemudian ke tenggara. Selengkapnya tentang ramalan musim ini kita tunggu saja informasi tertulis dari BMKG Agustus 2012 nanti.

Wednesday, July 25, 2012

Masalah USA masalah Indonesia juga

Kekeringan yang melanda AS belakangan ini berdampak pada produksi pertanian mereka. Produk biji-bijian mengalami penurunan produksi yang signifikan. Ditambah lagi sebagian dari produksinya digunakan untuk pakan ternak. Tentu saja ini mengatrol harga biji-bijian dunia tak terkecuali kedelai karena AS merupakan produsen utama biji-bijian. Indonesia yang lebih dari 50% kebutuhan kedelainya diimport dari AS merasakan dampak buruk tersebut. Harga 1 kwintal kedelai meningkat pesat. Tentu saja ini memukul industri kecil yang tergantung pada bahan baku kedelai, misal usaha pembuatan tahu dan tempe. Tahu dan tempe merupakan lauk pauk sehari-hari kalangan menengah ke bawah. Kita sepertinya tidak pernah belajar dari pengalaman. Beberapa tahun yang lalu harga kedelai jug amengalami peningkatan yang tinggi. Walaupun beberapa waktu yang lalu tidak pernah ada lagi masalah dengan kedelai ini tapi nampaknya solusi yang diberikan bersifat sementara. Pemerintah sepertinya tidak mempunyai rumus yang jitu untuk mengatasi mahalnya harga kedelai. Yang menjadi masalah mengapa tanaman kedelai yang sangat cocok tumbuh di Indonesia tidak banyak ditanam petani? Apakah karena mereka lebih memilih komoditi lain karena lebih menguntungkan? Apakah para petani enggan menanam kedelai karena harga pasarannya rendah sementara biaya produksinya tinggi? Harus digalakkan oleh pemerintah penanaman kedelai dan berbagai komoditas lain (tanaman pokok) yang sangat diperlukan masyarakat. Harus diupayakan oleh pemerintah agar petani bergairah menanam kedelai. Iklim usaha di bidang pertanian hendaknya diperbaiki berpacu dengan makin menurunnya minat masyarakat menjadi petani karena nilai tukarnya rendah. Petani harus dilindungi dari serbuan komoditas akibat perdagangan bebas. Di lain pihak harus diupayakan teknologi yang mampu memperkecil dampak ketergantungan tanaman pada iklim melalui sejumlah modifikasi cuaca mikro dengan penggunaan teknik LEISA (low external input and sustainable agriculture).

Friday, March 2, 2012

Klasifikasi iklim

Tujuan penggunaan klasifikasi iklim umumnya sangat spesifik, misalnya untuk tujuan pertanian. Pengklasifikasian iklim yang spesifik tetap menggunakan data unsur iklim sebagai landasannya, tetapi dipilih unsur-unsur iklim yang berhubungan secara langsung dan mempengaruhi aktivitas atau objek dalam bidang-bidang tersebut.
Thornthwaite (1933) menyatakan bahwa tujuan klasifikasi iklim adalah menetapkan pembagian ringkas jenis iklim ditinjau dari segi unsur yang benar-benar aktif terutama presipitasi dan suhu. Unsur lain seperti angin, sinar matahari, atau perubahan tekanan ada kemungkinan merupakan unsur aktif untuk tujuan khusus.
Indonesia adalah negara yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani, oleh sebab itu pengklasifikasian iklim di Indonesia sering ditekankan pada pemanfaatannya dalam kegiatan budidaya pertanian. Pada daerah tropik suhu udara jarang menjadi faktor pembatas kegiatan produksi pertanian, sedangkan ketersediaan air merupakan faktor yang paling menentukan dalam kegiatan budidaya pertanian khususnya budidaya padi.
Variasi suhu di kepulauan Indonesia tergantung pada ketinggian tempat; suhu udara akan semakin rendah seiring dengan semakin tingginya suatu tempat dari permukaan laut. Suhu menurun sekitar 0.6 oC setiap 100 meter kenaikan ketinggian tempat. Karena Indonesia berada di wilayah dekat ekuator maka selisih suhu siang dan suhu malam hari lebih besar dari pada selisih suhu musiman (antara musim kemarau dan musim hujan), sedangkan di daerah sub tropis hingga kutub selisih suhu musim panas dan musim dingin lebih besar dari pada selisih suhu harian. Keadaan suhu yang demikian tersebut membuat ada sebagian ahli yang membagi klasifikasi suhu di Indonesia berdasarkan ketinggian tempat.
Hujan merupakan unsur fisik lingkungan yang paling bervariasi baik menurut waktu maupun tempat dan hujan juga merupakan faktor penentu serta faktor pembatas bagi kegiatan pertanian. Oleh karena itu klasifikasi iklim untuk wilayah Indonesia seluruhnya dikembangkan dengan menggunakan curah hujan sebagai kriteria utama. Karena ada hubungan sistematik antara unsur iklim khususnya presipitasi dan suhu dengan pola tanam tumbuhan dunia maka indeks presipitasi dan suhu dipakai sebagai kriteria dalam pengklasifikasian iklim.

Sunday, January 1, 2012

Monsun aktif dan break

Permasalahan monsun aktif dan break merupakan permasalahan yang sangat menarik. Kapan terjadinya dan dimana serta apa pengaruhnya pada pembentukan awan, khususnya di Indonesia menjadi hal yang menarik untuk diteliti lebih jauh. Seperti kita ketahui, sistem iklim di Indonesia sangat dipengaruhi oleh adanya sirkulasi meridional atau sirkulasi monsun Asia-Australia. Monsun Asia yang biasa dikenal sebagai monsun barat yang biasanya terjadi pada bulan Desember, Januari dan Pebruari membawa dampak pada tingginya aktivitas konvektif di wilayah kita sehingga memicu terjadinya musim hujan di Indonesia. Sedangkan pada saat monsun Australia atau monsun tenggara, aktivitas konvektif tidak banyak mendatangkan curah hujan di wilayah Indonesia karena sedikitnya kandungan uap air di dalamnya; sehingga kita kenal musim kemarau.
Terdapat dua fase yang biasanya dicirikan dengan berubahnya intensitas curah hujan; yakni fase aktif dan break. Fase aktif dicirikan dengan tingginya curah hujan, sedangkan fase break dicirikan oleh adanya kekeringan kecil atau intensitas hujan yang rendah.
Oktarina (2011) antara lain menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Pada saat monsun aktif, aktivitas awan konvektif selalu lebih besar daripada pada saat monsun break;
2. Karakteristik awan konvektif pada monsun aktif adalah lebih kuat dan merata karena awan konvektifnya dipengaruhi oleh gangguan yang skalanya besar (monsun), sedangkan karakteristik awan pada monsun break lebih lemah dan terisolasi karena pengaruh lokal;
3. Wilayah laut dan pulau Jawa merupakan wilayah yang sangat dipengaruhi oleh perubahan dari monsun aktif ke break; sedangkan di Kalimantan perbedaan awan konvektif antara saat monsun aktif dan break tidak selalu terlihat;
4. Wilayah daratan merupakan wilayah yang akan lebih dulu merasakan monsun break dari pada wilayah lautan.
5. Aktivitas awan pada monsun aktif di Kalimantan mencapai puncaknya pada malam hari, sedangkan aktivitas awan pada saat monsun break mencapai puncaknya pada siang hari.