Saturday, July 28, 2012

Ramalan musim hujan 2012

Sebagaimana biasa ramalan musim hujan selalu ditunggu-tunggu masyarakat. Ini karena pentingnya kegunaan ramalan musim tersebut bagi masyarakat, khususnya petani. Meskipun sampai sekarang ini ramalan yang disampaikan BMKG masih berskala besar, namun telah ada kemajuan dari sekitar 180 zona musim, sekarang telah menjadi 342 zona musim. Ini suatu kemajuan yang cukup berarti, meskipun memang belum betul-betul sangat dirasakan masyarakat petani. Kalau mungkin, ramalan musim sampai pada tingkat desa. Hal ini memerlukan kerja keras semua pihak karena kalau hanya menggantungkan pada BMKG tidak mungkin hal ini terjadi dalam waktu pendek. Peran lembaga penelitian, perguruan tinggi, dan departemen pertanian (sebagai pengguna terbesar), departemen pekerjaan umum, departemen kehutanan serta departemen-departemen lain yang terkait harus ditingkatkan. Dari BMKG diperoleh informasi bahwa daerah-daerah di pantai barat Sumatera diprakirakan akan mengalami hujan di bawah normal. Barangkali ini karena pengaruh dipole mode yang diprakirakan positif. Pulau Jawa bagian utara sebagian mengalami keterlambatan awal musim hujan barangkali karena pengaruh MJO. El Nino yang diprakirakan melemah dan cenderung tahun ini dan tahun depan dalam kondisi normal, berakibat monsoon dan MJO-lah yang banyak berperan dalam menentukan musim ini. Mungkin pula pengaruh lokal semacam angin darat dan angin laut yang menonjol di pantai utara Jawa. Awal musim hujan bergeser dari Pulau Sumatra ke selatan dan dari Jawa Barat ke timur sampai Nusa Tenggara Timur dimana pergeseran tiap zona musim bisa mencapai 1-3 dasarian. Di Kaliimantan dimana awal musim hujan paling awal dimulai dari bagian timur laut Kalimantan bergerak ke selatan dan kemudian ke tenggara. Selengkapnya tentang ramalan musim ini kita tunggu saja informasi tertulis dari BMKG Agustus 2012 nanti.

Wednesday, July 25, 2012

Masalah USA masalah Indonesia juga

Kekeringan yang melanda AS belakangan ini berdampak pada produksi pertanian mereka. Produk biji-bijian mengalami penurunan produksi yang signifikan. Ditambah lagi sebagian dari produksinya digunakan untuk pakan ternak. Tentu saja ini mengatrol harga biji-bijian dunia tak terkecuali kedelai karena AS merupakan produsen utama biji-bijian. Indonesia yang lebih dari 50% kebutuhan kedelainya diimport dari AS merasakan dampak buruk tersebut. Harga 1 kwintal kedelai meningkat pesat. Tentu saja ini memukul industri kecil yang tergantung pada bahan baku kedelai, misal usaha pembuatan tahu dan tempe. Tahu dan tempe merupakan lauk pauk sehari-hari kalangan menengah ke bawah. Kita sepertinya tidak pernah belajar dari pengalaman. Beberapa tahun yang lalu harga kedelai jug amengalami peningkatan yang tinggi. Walaupun beberapa waktu yang lalu tidak pernah ada lagi masalah dengan kedelai ini tapi nampaknya solusi yang diberikan bersifat sementara. Pemerintah sepertinya tidak mempunyai rumus yang jitu untuk mengatasi mahalnya harga kedelai. Yang menjadi masalah mengapa tanaman kedelai yang sangat cocok tumbuh di Indonesia tidak banyak ditanam petani? Apakah karena mereka lebih memilih komoditi lain karena lebih menguntungkan? Apakah para petani enggan menanam kedelai karena harga pasarannya rendah sementara biaya produksinya tinggi? Harus digalakkan oleh pemerintah penanaman kedelai dan berbagai komoditas lain (tanaman pokok) yang sangat diperlukan masyarakat. Harus diupayakan oleh pemerintah agar petani bergairah menanam kedelai. Iklim usaha di bidang pertanian hendaknya diperbaiki berpacu dengan makin menurunnya minat masyarakat menjadi petani karena nilai tukarnya rendah. Petani harus dilindungi dari serbuan komoditas akibat perdagangan bebas. Di lain pihak harus diupayakan teknologi yang mampu memperkecil dampak ketergantungan tanaman pada iklim melalui sejumlah modifikasi cuaca mikro dengan penggunaan teknik LEISA (low external input and sustainable agriculture).